Cerita Semut dan Belalang

14 Juli 2009
Oleh Billi PS Lim

(Anda mungkin pernah atau mungkin juga belum mendengar cerita ini. Bagaimanapun, bacalah cerita ini seluruhnya.)

Pada suatu ketika, di sebuah negeri yang jauh, hiduplah seekor belalang dan seekor semut. Keduanya menjalin pertemanan. Mereka biasa menari dan minum bersama sampai tengah malam. Udara musim semi, hidup sangat menyenangkan. Semuanya senang.

Musim semi berganti menjadi musim panas. Kedua teman ini tetap menari. Kemudian, suatu hari si semut berhenti menari karena ia menyadari bahwa musim panas akan segera berganti menjadi musim gugur dan musim gugur menjadi musim dingin. Ia mulai mengumpulkan makanan untuk musim dingin. Ia akan bekerja keras dan sangat rajin menumpuk makanan.

Belalang, sebaliknya, terus bersenang-senang, menari, dan minum-minum sepanjang malam. Sesekali, si semut mencoba menasihati si belalang untuk tidak bermalas-malasan sepanjang hari dan mulai bekerja. Tetapi, si belalang mengabaikan nasihat itu dan meneruskan cara hidupnya bersenang-senang.

Datanglah musim gugur, daun-daun mulai berjatuhan. Semut bekerja lebih keras lagi, tapi si belalang tetap bersenang-senang. Akhirnya, datanglah musim dingin dan salju turun ke atas tanah itu.

Malam itu dingin sekali. Si semut, setelah makan malam yang lezat, duduk dengan nyaman di sofa dekat perapian, menghirup teh kesukaannya dan menonton acara TV favoritnya. Di luar, salju turun semakin lebat.

Tiba-tiba, ada ketukan di salah satu ambang jendela... tok! tok! Si semut menengadah ke atas dan, tunggu, apa yang dilihatnya? Ia melihat temannya, si belalang, menggigil kedinginan...



(Cerita ini dihentikan sejenak pada titik ini. Silakan pikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Bersikaplah jujur.)



Berhenti sejenak...



(Saya yakin apa yang Anda pikirkan itu masuk akal bagi Anda, tetapi di bawah ini Anda bisa melihat apa yang akan terjadi.)



Begitu melihat temannya, si belalang, menggigil di luar, si semut cepat-cepat berdiri dan berjalan ke pintu, membukanya dan mengundang si belalang untuk masuk.

Si belalang masuk, dan karena ia sangat lapar dan melihat si semut begitu kenyang dan gemuk, ia MELAHAP si semut!

Tamat.

Cerita ini mungkin mengagetkan Anda. Mungkin Anda berpikir cerita ini konyol. Mana mungkin itu bisa terjadi?

Bagaimana bila saya katakan kepada Anda bahwa cerita ini bisa terjadi? Bagaimana bila saya katakan cerita ini benar-benar terjadi? Bagaimana bila saya katakan ini adalah kisah nyata?

Kisah ini memang terjadi...

Selama bertahun-tahun, orang Asia Timur dan Tenggara bekerja keras, mengumpulkan uang mereka, menabung, menanam modal dalam bisnis, saham, dan properti. Orang Barat tampak lamban dan semakin malas. Mereka terus belanja dan bersenang-senang.

Tampaknya, abad depan adalah milik Asia...

Tiba-tiba, dengan satu sentuhan di keyboard komputer, mata uang Asia terjun bebas, kemudian bursa saham Asia terguling, dan akhirnya ekonomi riil di Asia dalam ambang kehancuran.

Thailand jatuh, kemudian Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura... Hong Kong...

... hanya dengan memencet satu tombol, dalam sekejap mata, keajaiban Asia tiada lagi... semut yang bekerja keras sudah dilahap! 30 sampai 40 tahun usaha pembangunan bangsa dihapus dalam sekejap mata (tahun 1997).

Analogi di atas tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak manapun. Juga bukan untuk mengecilkan nilai kerja keras dan kerajinan.

(dikutip dari buku "Dari KSE ke KBE", Elex Media Komputindo, cetakan ke-2, 2002).

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.